Saturday, March 14, 2009

SILATURAHMI ALAM MENEGASKAN KITA BERSAUDARA

Sabtu 14 Maret 2009,saya buat tulisan ini di tengah siang bolong teriknya matahari Banua. Saya teringat harus menyelesaikan tulisan untuk Aruh Blogger. Di tengah kesibukan kantor yang sedang panas dingin karena permasalahan pembagian fee, pikiran saya justru tertuju ke kompetisi posting aruh blogger.
Bertujuan juara...bukan harapan utama saya. Lebih dari itu yakni ingin membagi gagasan dan rasa terpendam yang perlu saya ungkapkan kepada khalayak.
Melalui media ini saya ingin menulis murni dari pemikiran saya sendiri dan observasi langsung di lapangan. Walaupun tulisan yang akan saya angkat hanya tulisan ringan dan sederhana, namun saya tidak ingin menulis ini hanya berdasar pada pendapat orang, kata orang, ataupun pengalaman orang lain. Saya ingin menulis yang saya rasakan, saya dapatkan dan telah saya buktikan sendiri.
Jadi mari sebelum meneruskan tulisan ini…ada baiknya kita sediakan sebotol minuman ringan dan melepaskan sedikit ketegangan urat syaraf di pundak kita.Tidak usah menekan dahi..ataupun mengerutkannya..cukup dinikmati dengan santai saja.
Mendekati pemilu yang tinggal menghitung hari ini, lagi-lagi kita sebagai bangsa Indonesia dihadapkan pada masalah pelik kekuasaan. Yakni adanya anggapan jawa-luar jawa. Seakan penghuni dua pulau ini saling berhadap-hadapan dan memperebutkan tampuk kekuasaan negeri ini.Sehingga saling sikut, tendang dan tindakan yang menjurus keras seolah menjadi hal yang wajar demi merebut kekuasaan.
Sesuai dengan judul, tulisan ini bagi saya adalah merupakan penegasan dari keyakinan selama ini jika Republik Indonesia sebagai negara kesatuan bukan hanya kehendak manusia melainkan sebuah `takdir` oleh Allah Ta`ala. Karena hal ini merupakan takdir maka penegasan sebagai satu kesatuan tidak hanya di-aminkan oleh manusia yang hidup di dalamnya saja. Tetapi secara disadari ataupun tidak seluruh mahluk yang hidup di Negara kesatuan ini menjabat erat saling menjaga silaturahmi.

Bagi saya tulisan ini merupakan `hasrat` terpendam yang telah lama ingin saya curahkan untuk merangkai benang merah persaudaraan antara pulau-pulau di Indonesia. Terutama antara pulau Kalimantan dengan pulau Jawa.
Saya pilih Kalimantan dengan Jogja bukan karena kebetulan semata, tetapi karena saya adalah orang asli Jawa Jogja yang saat ini berdomisili di tanah Banua tercinta sehingga saya tahu sedikit banyak mengenai dua kebudayaan ini.
Belum lama ini saya menemukan fakta menarik bahwa alam Banua dan Jawa ini telah bersilaturahmi diantara mereka jauh sebelum manusia ke dua pulau ini bertemu.
Setiap orang pasti tahu tentang galah bambu. Banyak hal yang bisa dilakukan melalui bambu ini. Bagi warga Banua bambu merupakan hal yang tidak asing. Karena bambu ini biasa digunakan untuk memancing ikan. Dan bukan hanya mitos bahwa warga Banua ahli dalam memancing. Sehingga segala macam ikan bisa dipancing oleh urang Banua. Bahkan keahlian memancing ini tidak hanya dimonopoli oleh kaum adam tetapi juga bagi kaum hawa mereka tidak kalah hebat dalam seni memancing ikan ini.
Sekarang kita beralih ke tanah Jogja. Galah bambu juga tidak asing bagi masyarakat Jogja terutama warga Gunung Kidul. Karena mereka terbiasa menggunakan bambu ini untuk memancing. Tetapi mereka memancing bukan ikan melainkan memancing belalang daun yang hidup dipucuk tinggi pohon jati yang banyak tumbuh di daerah Gunung Kidul. Kenapa memancing belalang bukan ikan? Karena kondisi geografis antara Banua dengan Gunung Kidul sangat bertolak belakang, jika sebagian besar tanah di Banua merupakan sungai dan gambut maka sebaliknya di Gunungkidul sebagian besar merupakan tanah tandus yang penuh dengan batu kapur dan bukit-bukit cadas. Sehingga setiap musim kemarau praktis mereka tidak bisa berladang karena jangankan untuk air irigasi, untuk air minum dan masak saja mereka kekurangan.
Layaknya memancing ikan, dalam menangkap belalang daun yang ada jauh di ujung pohon, galah bambu tersebut ujungnya dipasang lem tikus atau jaring kecil. Mengandalkan mata yang terlatih membedakan antara daun dan belalang para pemancing belalang daun harus bisa mendekatkan ujung galah ke arah belalang agar bisa menjeratnya diujung bambu tersebut.
Inilah inti tulisan saya. Bahwa negeri ini memang sudah ditakdirkan untuk bersatu dan tinggal kita para manusianya yang harus menjaga persatuan ini. Allah telah memberikan tanda-tandaNya melalui alam. Walaupun Gunung kidul dan Banua berjauhan dan kondisi geografisnya berbeda 180 derajat ( antara kekurangan air dan kelebihan air ) namun karena kebesaran Allah, banyak persamaan manusianya yang salah satunya disebabkan oleh sepotong galah bambu kuning.
Jadi tidak ada alasan bagi penghuninya untuk tidak mempererat silaturahmi layaknya alam yang telah menunjukkan cara mereka dalam menjalin silaturahmi.

Mari kita jabat erat selalu untuk Indonesia yang maju!!

No comments:

Powered By Blogger